Nahdlatul Ulama

 Nahdlatul Ulama

Bagaimana saya tidak jengkel? Mereka itu fanatik. Menghidupkan keyakinan: Nabi Muhammad Saw adalah manusia biasa. Sehingga makam beliau nyaris dihancurkan. Berkat Turki yang mengancam akan menyerbu Arabia-lah, kelompok fanatik itu menangguhkan maksud puritannya.

Mereka itulah kelompok Wahabi. Kelompok gerakan yang menginisiasi akan menghancurkan semua bangunan kuburan yang menunjukkan gejala disembah oleh masyarakat Muslim. Gerakan Wahabi ini menghegemoni Mekah dan Madinah, dan kemudian menyebar virus ekstrem ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

Benar, semua bangunan kuburan, yang oleh gerakan Wahhabi dikhawatirkan bakal menyuburkan kesyirikan, dihancurkan menjadi rata dengan tanah. Wahabi itu keras sekali, sehingga di Arabia tidak ada bangunan kuburan yang lebih tinggi daripada sekadar tanah, kecuali makam Rasulullah Saw. 

Dan, karena gagal meratakan makam Nabi Muhammad Saw., tetapi sukses mengeksekusi kuburan-kuburan selain beliau Saw., mereka mengamuflase makam beliau. Akhirnya tidak jelas persis di mana sebetulnya makam beliau.

Selain dikamuflase, bangunan makam Nabi Saw. dijaga sangat ketat, sangat keras, bahwa siapa saja yang terindikasi memuja makam beliau akan diusir, bahkan kalau perlu dipukul atau digelandang menjauh dari makam. 

Begitulah Wahabi. Kelompok yang cenderung literal atau apa adanya saat merespon teks suci. Kelompok yang menafikan perangkat ilmu-ilmu humaniora dalam menafsirkan makna kitab al-Qur’an. Kelompok yang tak pernah memakai pendekatan sejarah dalam membaca teks wahyu. Pendekatan sastra juga mereka nafikan. Filsafat tak tersentuh dan benar-benar dijauhkan.

Dan lebih tidak tahu diri lagi, menurut saya, mereka tidak mengakui mazhab empat (dalam Sunni). Mereka beranggapan bahwa imam-imam mazhab itu telah menyaingi syariat Nabi Muhammad Saw. Bahwa seyogianya umat langsung berpegang kepada al-Qur’an dan Sunah Nabi, bukan kepada mazhab-mazhab. Umat tidak perlu harus merujuk kepada ulama-ulama, tapi cukup dengan membaca terjemahan al-Qur’an atau Hadits Nabi.

Padahal, mazhab imam yang empat itu merupakan tangga untuk mencapai petunjuk Rasulullah Saw. bukan tembok penghalang. Mazhab empat itu malahan sebagai wasilah utama yang mampu memberi petunjuk untuk mudah dan memahami cara berpegang teguh kepada kitab Allah al-Qur’an dan Sunah Rasulullah Saw.

Nah, dalam hal ini saya takjub kepada ulama-ulama yang berdiri di aliansi atau inisiator Nahdlatul Ulama (NU). Gus Baha mengungkapkan, “Abd al-‘Aziz ibn Sa’ud (memerintah 1902-1953, selaku pendiri negara Saudi modern) pengin menghilangkan atsar nubuwwah, termasuk makam Ibrahim. Terus didemo oleh ulama-ulama sedunia. Sedunia, seperti dari Turki, Afganistan, Khurasan, termasuk Indonesia.

“Nah, keberadaan NU itu, ya, gara-gara adanya penentangan ulama-ulama Indonesia atas penghilangan atsar nubuwwah. Naskah penolakan yang dibikin Mbah Muhaimin, adik Mbah Baidhowi (Lasem), menantu Mbah Hasyim Asyari. Kemudian tertanda Mbah Asnawi Kudus, dan ulama-ulama tempo itu, dikirim ke pemerintah Saudi. Tapi pemerintah Saudi tak berkenan kalau tidak atas nama lembaga, tak boleh personal. Akhirnya, ulama-ulama kita itu meminta pemerintah Hindia Belanda mengesahkan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi.”

Jadi, menurut penuturan Gus Baha, dan saya percaya, organisasi keagamaan NU itu unik lantaran berdiri di Indonesia tapi untuk merespon situasi politik di Arab, akibat gerakan Wahabi yang menyokong pemerintahan Abd al-‘Aziz ibn Sa’ud.

Benar-benar arti penting respon NU saat itu, mengingat bahwa nabi-nabi besar yang termaktub dalam kitab suci, itu kebanyakan lahir di Palestina, atau berasal dari Bani Israil. Sehingga seolah ada konsensus bahwa nabi-nabi itu seyogianya dari keturunan Nabi Yakub (bergelar Israil), dan hidup sekitar Palestina. 

Padahal Nabi Muhammad Saw. lahir di Mekah. Dan, itu semula bikin janggal. Terasa aneh, sebab keluar dari kelaziman. Orang-orang Yatsrib, semula ragu, “jangan-jangan bukan nabi, karena nabi itu ciri khasnya keturunan Ibrahim! Nabi itu mestinya orang Palestina, bukan dari Mekah.” seloroh ulama muda asal Rembang, Kiai Ahmad Bahauddin Nursalim.

Maka, turunlah ayat yang menegaskan adanya jejak Ibrahim di Mekah. Artinya, Muhammad memang lahir di Mekah, tapi kalau dirunut masih keturunan Ibrahim. Buktinya? Ibrahim pernah singgah di Mekah, ada jejak, yakni batu yang diinjak Ibrahim, dekat Ka’bah. Saat sang bapak tauhid itu membangun ka’bah bersama Nabi Ismail. 

Nah, sekiranya proyek gerakan Wahabi yang berambisi keras meratakan semua bangunan kuburan dan monumen sejarah itu berhasil. Niscaya kita kehilangan jejak nisan kehadiran Nabi Ibrahim di Mekah. Niscaya bukti otentik bahwa Nabi Muhammad Saw. masih keturunan Nabi Ibrahim as. pun hilang. 

Jelas NU sangat berarti. Dan sampai sekarang, masih setia mengusung paham Ahlussunah wal Jama’ah—yang dalam bidang tasawuf mengikuti mazhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali; dalam bidang aqidah mengikuti mazhab Imam Abu Hasan  al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dan dalam fiqih mengikuti salah satu dari mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali)—keras menentang perusakan semua tempat keramat dan banyak monumen bersejarah Islam. 

Saya bisa membayangkan trauma para ulama saat itu, praktik perusakan batu nisan keluarga Nabi dan para sahabat yang dilakukan kaum Wahabi menumbuhkan kontroversi besar di dunia Islam. Kita masih ingat cerita perusakan patung Budha di Afghanistan oleh Taliban. Juga di negeri kita, peristiwa pengeboman Candi Borobudur oleh kelompok puritan Islam zaman Soeharto. 

Dari situ, saya sangat bersyukur anak sulung saya mau mondok di pesantren salaf, pesantren API Tegalrejo, Magelang, yang masih menguri-uri tradisi salaf, tradisi mujahadah, tradisi ziarah, dan pokoknya semua tradisi yang dirawat NU. Saya merasa aman atas mahzab yang bakal menyelimuti Ahimsa. 

Karena buat saya, batu nisan itu dipelihara dan dimuliakan oleh umat Islam di banyak tempat dan selama ratusan tahun, tidak saja menjadi tempat keramat yang dikunjungi jutaan umat Islam, tetapi sebagai monument sejarah. Bukti otentik kehadiran para priagung kekasih Tuhan.  

Namun, gerakan Wahabi, yang fanatik ingin kembali kepada kesucian Islam, justru menebang pohon silsilah kesejarahan. Mereka menghilangkan artefak sejarah. Menutup tempat-tempat bersejarah. Melukai perasaan banyak orang Islam, latah melabeli syirik kepada tradisi ziarah kubur, berdoa di nisan keramat.

Ziarah ke pendiri API Tegalrejo

Sekali lagi saya bersyukur, bisa mengikuti jejak si sulung, Ahimsa, turut berziarah. Dan, “semoga engkau istiqomah, serta menjadi kader NU yang berakhlak luhur ya, Nak!”

Ungaran, 25/12/2021

Post a Comment

0 Comments