Inilah rumah maya saya, yang mengarsip tulisan-tulisan saya yang berserak di folder laptop. Tulisan-tulisan yang pernah saya publikaskan di media online, media cetak, atau yang terselip jadi satu bagian antologi sebuah buku.
Kumpulan-kumpulan ini lahir usai baca buku, baca situasi, atau setelah mengalami persinggungan dengan sedikit atau banyak orang, dialog dengan seorang mursyid, atau sekadar hasil lamunan ketika sendirian di tengah malam. Maka, secara garis besar, tulisan-tulisan di sini bersierat dengan laku spiritual.
Laku spiritual, saya maksudkan sebagai upaya meng-Allah. Kesadaran sebagai abdi Tuhan (abdullah) sekaligus wakil Tuhan (khalifatullah). Bahwa setiap saat, saban hari, adalah gerak menghayati kenyataan. Bahwa hakikat kenyataan adalah wujud Tuhan, yakni pernyataan Diri Allah, Sang Subjek mutlak, Realitas murni. Maka, segenap aktivitas hidup sehari-hari, apa pun itu, merupakan penyaksian kehadiran Tuhan. "Ke mana pun memandang, di situlah Wajah Tuhan." (Al-Baqarah: 115).
Pandangan hidup spiritual yang demikian, kemudian saya ketahui sebagai sufisme, saya peroleh dari berkat perjumpaan dengan seorang guru sufi Muhammad Zuhri, semenjak drop out dari kampus Undip 1999. Akhirnya saya benar-benar meminati tasawuf, sebagai literasi diri, sebagai pendadaran semesta diri.
Semesta diri, yakni upaya menggarap diri akan terkayakan lewat pengelanaan gagasan atau pemikiran-pemikiran adiluhung. Pemikiran dari para pemikir yang mengukir zaman sebagai kaum ningrat nurani. Mereka biasa disebut kaum filsuf, para wali atau bahkan para nabi.
Pemikiran-pemikiran mereka itu tersebar (atau malah biasa tersembunyi) dalam buku-buku, karya musik, film, karya lukisan, dan sebagainya. Pemikiran-pemikiran mereka acap pula terpantul dari persinggungan keluarga, dari keindahan alam, sepoi angin, gemericik air sungai, atau yang lain.
Pemikiran atau ide-ide besar yang mengarahkan pembaca kepada upaya pemuliaan karakter, yakni mewujudkan kesanggupan berpikir tinggi, sekaligus kesediaan hidup bersahaja.
Dengan landasan sufism atau tasawuf itulah, tulisan-tulisan ini hadir di ruang ardikafha.com, sebagai rumah literasi, yang saya dedikasikan untuk menjaga tradisi menulis di Keluarga Literasi Ungaran aka Kelingan. Meski, tetap saja, tak bisa saya pungkiri, tulisan-tulisan di sini bisa tayang atas uluran hati dari istri tercinta, Rahma, serta anak-anak, Ahimsa dan Rakai. Juga, atas bantuan dari seorang karib teramat lekat yang tak henti berbagi tips dan buku kepada saya. Berbagi info dan seabrek kebaikan lainnya, ya, dialah Dewi Rieka, seorang blogger sejati.
Alhasil, bersama situs ini, saya ingin beruluk salam kepada siapa saja, entah yang berkenan atau menampik. Entah yang lagi bersedih atau tengah jatuh hati. Entah yang berjauhan, atau sedang berimpit-impitan. Baik yang pernah baca tulisan-tulisan ini sebelumnya yang terpublikasi di media lain, atau yang belum pernah. .
Oke, saya ucapkan: Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya Supardi bin Supangat alias Ardi Kafha. Saya berteduh di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Perum. Bukit Asri II blok O/11, Lerep, Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah.
Kafabillahi syahida!
0 Comments