Manifestasi-Nya

Manifestasi sifat Tuhan

Puasa #23

Adalah Muhammad Zuhri tatkala mendedah konsep makrokosmos dan mikrokosmos mengacu pada dua ayat terakhir surah al-Hasyr. Diterangkan bahwa alam semesta dan manusia adalah manifestasi dari sifat: al-Rahman, al-Rahim, al-Malik, al-Quddus, al-Salam, al-Mu’min, al-Muhaymin, al-‘Aziz, al-Jabbar, al-Mutakabbir, al-Khaliq, al-Bari’, dan al-Mushawwir.

Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (al-Hasyr: 22).

Sifat al-Rahman menjelaskan kegaiban Tuhan, sementara al-Rahim menjelaskan syahadah-Nya. Bahwa alam mulai dari partikel benda mati, alam nabati, alam hewani, dan alam insani, ada berkat sifat al-Rahman. Keberadaan mereka itu menjelaskan kegaiban Tuhan. 

Bahwa Allah tidak data dilihat karena Dia gaib, tetapi pancaran al-Rahman jelas terlihat. Semua sarana yang ada di alam ini termasuk semua fasilitas yang melekat di kita seperti mata, telinga, tangan, kaki, bukan kita yang mengadakan, kita tinggal mendayagunakan.

Kemudian keberadaan orang-orang beriman yang sanggup memerankan diri dalam sifat al-Rahim, berarti telah berkondisi menjelaskan adanya Tuhan (bersyahadat). Contoh, dengan karunia akal (karena al-Rahman) kita dayagunakan untuk mengenali lingkungan dan mengembangkan makna hidup, maka Allah menurunkan kesejahteraan di lingkungan tersebut. Allah memancarkan sifat al-Rahim pada lingkungan itu,

Atau pula, Allah mencipta hutan-hutan, lalu kita sanggup mengelola dan menjaga kelestariannya, maka Allah menurunkan karunia (dari sifat al-Rahim) berupa kesejahteraan buat banyak penghuni sekitar hutan itu. Sebaliknya, jika hutan hanya dieksplorasi tanpa peduli anak cucu, niscaya murka Allah yang kita terima. Allah mendatangkan banjir dan bencana-bencana lainnya.

Nah, pertama-tama kini kita tilik, bagaimana Allah memanifestasikan sifat al-Rahman dan baru kemudian kita lanjut merunut manifestasi al-Rahim?

Ada delapan sifat yang menjadi empat pasang yang merupakan manifestasi al-Rahman, yakni al-Malik al-Quddus, al-Salam al-Mu’min, al-Muhaymin al-‘Aziz, dan al-Jabbar al-Mutakabbir. Berikutnya ada tiga sifat yang masing-masing berdiri sendiri sebagai aktualisasi sifat al-Rahim, yakni al-Khaliq, al-Bari’, dan al-Mushawwir.

Sebagaimana dikatakan sifat al-Rahman itu menjelaskan kegaiban-Nya. Bahwa semula, sebelum segala sesuatu ada, yang ada hanya Allah. Kemudian sifat al-Rahman memancar menjadi empat tingkat wujud.

Pertama, al-Malik al-Quddus (Yang Memiliki dan Suci), yang melatari wujud anorganik atau segala benda-benda, unsur, partikel, batu, air, bumi, bulan, hingga bintang-bintang, galaksi-galaksi. Tidak ada sesuatu pun di alam semesta raya ini tanpa disangga oleh sifat al-Malik al-Quddus. Bahwa wujud yang menjadi milik setaip wujud di alam bersifat suci. Suci karena tidak terusik oleh siapa pun dan menyerah total untuk apa pun.

Kedua, al-Salam al-Mu’min (Yang Memberikan Keselamatan dan Keamanan) yang melatari alam nabati, alam tetumbuhan. Setelah wujud anorganik tergelar, lantas Allah beroperasi atas kehidupan di atasnya. Wujud yang bekesadaran tumbuh “selamat” dan “aman” berkembang. Itulah alam tumbuh-tumbuhan. Alam yang berpadu dua pasang dari empat sifat: sifat al-Malik al-Quddus dan al-Salam al-Mu’min.

Ketiga, al-Muhaymin al-‘Aziz (Yang Mengawasi dan Yang Perkasa), menjadi latar kehidupan alam binatang. Ya, setelah bermiliar tahun kehidupan tetumbuhan mengisi permukaan bumi, Allah mencipta tingkat wujud yang lebih tinggi dari alam tetumbuhan.

Pada tingkat baru ini, tidak sekadar berdiri atas unsur partikel dan berkesadaran tumbuh, tetapi sanggup mengawasi dan mempertahankan diri. Makhluk ini sudah berkesadaran ruang, sekiranya bahan makanan di suatu tempat habis akan berpindah ke lain tempat untuk bertahan hidup.

Itulah dunia hewan, yang menjadi manifestasi sifat al-Muhaymin al-‘Aziz. Maka alam binatang telah berpadu tiga pasang sifat yakni dua sifat yang melatari wujud anorganik, dua sifat pada tumbuh-tumbuhan, dan dua sifat pada hewan itu sendiri.

Keempat, al-Jabbar al-Mutakabbir (Yang Memulihkan dan Yang Sadar akan Kebesaran Diri-Nya). inilah dua sifat yang menjadi landasan wujud manusia, sebagai makhluk yang berkedudukan paling tinggi di tengah makhluk-makhluk Tuhan yang lain. 

Berkat dua sifat tersebut, manusia tak sekadar sadar ruang, tapi juga sadar waktu. Sifat al-Jabbar melatarbelakangi wujud akal, sehingga manusia memiliki daya pikir, daya kreatifitas. Sementara sifat al-Mutakabbir bersemayam di balik hati, sehingga manusia memiliki rasa, kesadaran akan kebesaran diri, kesadaran bertanggung jawab sebagai makhluk paling berkuasa di muka bumi.

Sehingga, dalam diri manusia telah bertumpu berpasang-pasang: al-Malik al-Quddus (yang menciptakan potensi alam anorganik), al-Salam al-Mu’min (yang mencipta potensi tumbuh dan berkembang biak), al-Muhaymin al-‘Aziz (yang mencipta potensi untuk mengawasi dan mempertahan diri), dan al-Jabbar al-Mutakabbir (yang mencipta potensi pikir dan rasa).

Dengan demikian, semua potensi yang bekerja di alam semesta itu berkumpul dalam diri manusia. Sehingga, tepatlah kiranya manusia disebut mikrokosmos, jagat raya dalam bentuknya yang kecil. Wa Allah A’lam.

Ungaran, 25/04/2022   

Post a Comment

0 Comments