“Surga” Sulis Bambang

Surga di Mana

Apakah yang ukhrawi itu sama dengan yang duniawi? Adakah perasaan bosan atas keserbabajikan di surga nanti? Adakah tebersit untuk memberontak, kangen akan pertengkaran, atau penasaran sedemikian hingga terhadap kehidupan neraka?   

Nah, saya menyemati Sulis Bambang, untuk selanjutnya saya sebut Bu Sulis, itu Pengisah yang Pengasih. Dalam sekumpulan cerita Surga di Mana, ia memastikan kepada pembaca bahwa surga itu pasti, yang bertemankan bidadara-bidadari. Bahwa ada lima bidadara, ada tujuh bidadari.

Berikutnya, saya fokus pada cerita yang terakhir, yang sekaligus sebagai judul buku, Surga di Mana. Cerita yang paling mengalir dari empat yang lain. 

Di sini saya berpihak kepada keluarga Arini, juga Rahmi. Sungguh saya bersimpati kepada Arini. Saya bayangkan sebagai Pak Samsu pasti syok mendapati putrinya yang masih SMP telah berbadan dua. Atau Rendy, sang kakak, akan marah besar pada sang durjana, ustadz Khoirul.

Bayangkan pula betapa bijak Bu Samsu menghadapi kemelut keluarganya. Di relung hatinya, ia menangis sejadi-jadinya, tapi mesti tetap tampil tegar kepada siapa pun. Gambaran seorang yang multitasking: sanggup berfungsi sebagai seorang ibu, seorang istri, seorang tuan, dan seorang pengantar pasien.

Keluarga Samsu, oleh Bu Sulis, diceritakan sebagai keluarga yang berada di perkotaan, yang menginginkan sekolah bonafit berbasis agama (Islam). Sebuah keluarga dengan tingkat religious “biasa”, tapi mengangankan pemahaman agama yang sedekat mungkin pada ideal. Maka dipilihlah Sekolah Kolam Surga buat Arini (entah si Rendy). 

Kemudian Ustadz Khoirul, guru ngaji panutan. Seorang ketua Yayasan Kolam Surga atau pemilik Sekolah Kolam Surga, beristrikan Rahmi. Entah pula, saya tidak tahu apakah Rahmi ini menolak untuk dimadu, atau memang dirinya sendiri adalah seorang madu? Yang jelas, paham poligami tidak mendapat tempat di hati para pengurus Yayasan Kolam Surga. Sehingga, Ustadz Khoirul mesti diam-diam, walau hal ini diketahui oleh Haji Munawar, kakak tertua, untuk memperkosa siswi-siswi Kolam Surga. Tapi bukan berarti saya setuju poligami untuk mengatasi keliaran lelaki lho! Hanya Ustadz Khoirul yang memang kemaruk ajaran seksualitas ala jahiliah, dan Haji Munawar pun sekadar mendiamkan sembari menunggu momentum kejatuhan Ustadz Khoirul.

Keduanya sungguh tak mengundang simpati. Beda dengan Rahmi, perempuan berbalut anggun yang akhirnya menanggung ulah sang suami. 

Lantas sosok Anshari, seorang baik hati, dan tulus berjuang untuk Kolam Surga. Saya juga menaruh haru kepadanya. Akibat perilaku sang kakak, Ustadz Khoirul, ia turut menyesap getah sosial yang menimpa keluarga dan nama baik sekolah. Ia harus membantu psikis Rahmi dan anak-anaknya, selain keluarganya sendiri tentunya. 

Juga tampil sosok dokter idealis, Dokter Nabil. Ia tak mau melarutkan diri dalam gelimang pundi-pundi dengan menuruti keinginan cupet pasien untuk menggugurkan bayi di kandungan. Dialah yang lantas turut menguak borok Sekolah Kolam Surga dengan Ustadz Khoirulnya.

Singkatnya, Arini tak sanggup menahan duka. Seorang pelajar yang mengisi waktu sore dengan belajar mengaji, akhirnya terbang melayang dan singgah di sebuah taman nan indah. Tapi taman itu belum surga, ungkap Bu Sulis. Pun Ustadz Khoirul yang tak bersabar memperbaiki diri ketika mendekam di kantor polisi, lebih memilih untuk menutup perasaan malu dengan menggorok lehernya, kemudian menjalani sengsara dikerubuti anjing-anjing, tapi itu juga belum neraka.

Alhasil, sekali lagi Bu Sulis merupakan juru kisah yang piawai. Saya menikmati liku kisah Surga di Mana. Saya bayangkan ia adalah seorang ibu sebagaimana Bu Samsu. Juga seperti Umi Rahmi yang menyambung silaturahmi ke keluarga Pak Samsu, serta berela hati untuk mengasuh anak Arini, meski Pak Samsu mentah-mentah menolak. 

Hanya saya sedikit terganggu, kenapa mesti kematian sebagai solusi cerita? Sungguh saya tidak menyoal surga yang berornamen duniawi, tapi berasa berat tatkala kematianlah yang menjadi jurus pamungkas. Seperti di kisah Surga yang Menggelap, atau Surga Orang Sebelah, atau pun Surga yang Menyesatkan. Bahwa Rita menjemput kematiannya, meninggalkan bapaknya yang bejat. Lasmi meninggal dunia seusai Agus bertindak tak senonoh. Dan Agus pun bunuh diri. 

Ungaran, 27 Januari 2023

Post a Comment

0 Comments